Kamis, 24 Maret 2016

PURWAKARTA

Rumah tangga itu layaknya sandal yang beriringan,berdampingan dan harus sejalan.
Keputusan yang berat buat saya sampai akhirnya berani "meninggalkan" cirebon,kota kelahiran dan tempat saya dibesarkan.

Butuh waktu yang panjang sampai akhirnya aku dan suami berani untuk keluar dari zona nyaman yang sudah kita jalani kurang lebih 3 tahun. Banyak sekali pertimbangan untuk bisa keluar dari rumah terlebih dimata ibuku suamiku belum mempunyai tempat tinggal pribadi.
Terlalu banyak pikiran bergelayut dalam benakku, seperti "bisa g ya aku ngurus anakku sendiri?nanti solah gimana kalo kita ke purwakarta? mimi gimana kalo kita ke purwakarta?"
suamiku selalu berusaha meyakinkanku, namun untuk kesekian kalinya juga belum bisa dan ahhh selalu gagal dan pikiran-pikiran seperti itu yang selalu membelenggu otakku.
Hingga sampai satu titik dimana suamiku berbicara "kamu mau g hidup mandiri sama ayah?sama anak-anak kita?"
"ayah g pernah maksain mamah buat ke purwakarta,tapi apa salahnya kita nyoba hidup mandiri?"
"tapi sekiranya mamah ngrasa nyaman disini y g apa2 ayah ikut mamah"
ngliat ketulusannya buat ngajak saya mandiri akhirnya sayapun memutuskan untuk ikut ke purwakarta, awalnya berat dan entah saya juga harus gimana ngomong ke mimi.

saat aku ngomong ke mimi pun rasa-rasanya bibir ini kelu,kaku entah harus ngomong apa, sampai saat aku beranikan diri sudah ku bayangkan mimi pun menangis,namun beliau tidak menampakkan tangisannya dg membelakangiku dan sambil berkata "ke purwakarta y g apa-apa,kan kamu juga ke purwakarta sama suami ini"

Sekarang pun aku sudah disini,di kota ini,purwakarta,kota yang tadinya asing buatku.hampir berjalan 3 bulan Kini jarak aku dan keluargaku harus terpisah ratusan KM . Namun hal inilah yang akhirnya menjadi kerinduan yang menjadi hal ternikmat saat orang-orang dirumah mengharapkan aku dan keluarga kecilku berkunjung ke cirebon.



Purwakarta, 24 Maret 2016